Sebagai
manusia, lo, gue, mereka, kita, pasti punya satu goal yang bahkan kita juga nggak rela kalo mati duluan sebelum hal
itu kecoret dari to-do list. Gue salah
satunya. Setiap gue ditanya, “Apa sih yang pengen banget lo kerjain sebelum lo
mati?” Gue bakal ralat pertanyaan lo, dan gue ganti dengan “Apa sih yang pengen
banget gue datengin sebelum gue mati?” Well,
bicara suatu destinasi, dari gue bocah sampai detik ini gue bakal jawab,
Inggris. Tiap kali gue temuin sesuatu yang berkaitan dengan Inggris, otak gue deliberately di set untuk selalu bilang
“Oh gue pasti bakal kesana nanti.” atau “Beberapa tahun lagi gue bakal ada di
sini nih!” Gak jarang, orang bilang kalo Inggris cuma salah satu dari banyak
destinasi di dunia yang emang udah mainstream
kelas kakap dan nggak ada hal yang spesial dengan itu. Buat gue, ini cerita
lain.
Saat lo
ditanya, apa sih yang kebayang di pikiran lo kalo denger kata Inggris? Some people said Big Ben, Royal Family
atau pun klub-klub sepakbola. Bahkan ada yang bilang, si negara penjajah yang
cuma singgah beberapa tahun di Indonesia. But
trust me, it’s more than anyone could
think of. Saat belakangan ini British
Invasion lagi gencar-gencarnya digerakkan di semua aspek, gue udah berniat
kalo pergi ke sana, bahkan menetap di sana, akan selalu ada di urutan satu bucket list gue dari sebelum Prince
William&Kate Middleton nikah, boyband
ABG Inggris yang sekarang itu naik daun, bahkan saat Robert Pattinson belum
jadi vampire dan masih keliaran naik
Underground.
Okay, disitu jelas ditulis specifically, London. Tapi dalam
pandangan gue, gak mungkin lo bisa infatuate
sama sesuatu, atau seseorang, kalo ada bagian lain yang lo nggak suka, bahkan
nggak tau dari hal atau seseorang itu. Begitupula dengan Inggris, lo gak
mungkin pengen pergi ke London, tapi lo nggak penasaran dan pengen kunjungin Manchester,
Liverpool dan sekitarnya. It’s like you
are crazy about someone, but you keep a half part unrevealed.
Gue selalu
mikir kalo nggak ada satu hal pun yang buat gue nggak tertarik sama Inggris. Let’s just say the season and the weather.
Banyak orang bilang kalo nggak ada musim dan cuaca yang spesial disana. It’s all cold,rainy and distracting. Gak
peduli lo pergi kesana dibulan apa. But I
would love to feel the Autumn, it’s just simple as trolling around the streets
like chicks in movies yang kalo jalan rambutnya ketiup angin dan dijatuhin
daun-daun, naik sepeda atau double decker sore hari, ngerasain Afternoon Tea di kedai-kedai kecil
jalanan, ngeliat jalan penuh daun-daun gugur, ngeliat langitnya yang bahkan kalo
lo tungguin mataharinya nggak bakal keluar. Things
that are not special is what makes them special.
Inggris juga
bikin gue ngeliat sesuatu dari sisi lain. Kalo ditanya hal pertama yang gue
akan lakuin kalo bisa pergi kesana, gue bakal naik London Eye. I mean, what is so special about a giant
ferris wheel? Lo bisa naik kincir di taman hiburan atau di “negara singa” sebelah
sekalipun yang bahkan lebih tinggi dari si “Kapsul Inggris” itu kan? But hey, lo gak bakal bisa liat jejeran
bangunan jaman dulu yang really british,
istana tempat keluarga raja tinggal, pohon-pohon yang mendadak berubah warna
karena pergantian musim, bahkan ngeliat sungai Thames membelah kota dan
diatasnya banyak boat-boat lalu
lalang, cuma dari atas kincir angin kalo lo pergi ke tempat lain, kan?
And they asked me again, “What’s the good
thing about that Big Ben giant clock? It’s just a very bigger version of that clock
in your house with very huge bell within it.” And thanks for your opinion. Yang
gue tau, jam itu jadi saksi bisu gimana Perang Dunia waktu itu, bukan kayak
kita yang cuma dicekokin sejarahnya dari buku-buku, dan bunyi jam itu selalu ditunggu
semua orang di penjuru dunia saat tahun baru. Jam iconic itu juga yang setiap gue liat, gue selalu bilang “Gue harus
kesana!”.
Tepat saat lo
liat sebuah istana, yang pasti terlintas di pikiran lo adalah princess and all the cliche fairytale-nya itu yang bikin khayalan lo overrated. But, this is The Buckingham Palace, classy and oh-so-royal. Nggak akan ada tuh pangeran yang dateng
jemput lo pake kuda. This is all sooo
British. Gue selalu tertarik untuk bisa pelajarin silsilah Royal Family
ini. Dan kalo suatu saat gue kesini, gue bisa kunjungin beberapa site sekaligus, kayak The Victoria
Memorial, St. James Park dan Palace Garden yang bisa lo jadiin alternatif untuk
cuci mata dan refresh otak karena
tamannya yang bikin “eyegasm” dan
nilai historisnya gak bisa lo dapetin di kelas sejarah.
Cuma beberapa
langkah dari The Buckingham Palace, lo bakal bengong sendiri saat ngeliat
gereja yang besarnya aja mungkin seratus kali lebih besar dari rumah lo. Okay, that’s exaggerated. Westminster
Abbey, mungkin lo berasumsi kalo that’s
just a church. Mau bentuk gimanapun dan tempatnya dimanapun, pasti
fungsinya sama. Well, you are not wrong at all, tapi lo nggak bakal kebayang kalo
ternyata dari tahun 1100-an, sampe 2011 kemarin, Royal Wedding udah diadain
disini. Disini juga tempat raja, ratu, bahkan penulis-penulis asal Inggris
dimakamin. Kalo gue kesana, gue pengen banget masuk kedalamnya dan seolah-olah ngerasain
gimana jadi Lady Diana waktu dinikahin Prince Charles di gereja itu. A daydream does not kill anyone.
Masih di City
of Westminster, kita bakal ketemu sama Trafalgar Square. Kalo lo bilang, “Apa
sih hebatnya square ini? Paling kayak
square-square di Jakarta.” Salah besar! Ini salah satu meeting pointnya London dan kalo gue bisa
pergi kesana, gue rela diserang pigeon-pigeon
yang juga jadi Londoners dan jumlahnya udah kayak orang lagi antri BLT.
Puas keliling
London, gue akan naik Underground untuk ke salah satu tempat yang udah nggak
asing buat penggila bola dan band legendaris Inggris, The Beatles. Liverpool. Di
sini lo bisa ke The Beatles Story, museum
band yang bahkan kalo lo ngaku bukan
fans dari mereka, lo tetep fans mereka. Who doesn’t love them anyway? Gue pengen
banget tau apa aja peninggalan John Lennon dan kawan-kawannya disini. Siapa tau
gue bisa ketularan legend nya.
Gue pengen banget tau
gimana suasana Old Trafford, Goodison Park Everton, Emirates Stadium, Etihad
City, dan stadium besar lain. Karena saking besarnya, saat lo nonton di tv pun yang bisa lo liat cuma baju-baju bergerak ngegiring bola. Gue bisa jamin kalo stadium disana jauh lebih megah berkali-kali lipat. Bisa bayangin kan, lautan manusianya kayak apa saat
jagoan mereka tanding? Gue juga pengen ngerasain gimana euphorianya kalo nonton langsung disana, gimana saat supporter teriak kegirangan waktu
jagoannya cetak gol, gimana mereka mengumpat kecewa waktu timnya kalah. Really, I would love to feel the atmosphere.
“ If you’re twenty-two, physically fit, hungry to learn and be better,
I urge you to travel – as far and as widely as possible. Sleep on floors if you
have to. Find out how other people live and eat and cook. Learn from them –
wherever you go.” – Anthony Bourdain
Well, I’m not even twenty-two yet. Tapi gue yakin dan setuju banget sama
pernyataan kalo dengan lo pergi ke suatu tempat, pelajaran yang bisa lo ambil
akan lebih banyak dibandingkan lo baca berpuluh-puluh buku. Gue yakin akan ada banyak
hal yang lo alami saat bepergian, yang ensiklopedia aja nggak bakal bisa
ceritain. Kalo ditanya, “Where to travel?”
Gue tetap akan jawab “Inggris”. Indeed,
cerita gue nggak selengkap orang-orang yang udah pernah kesana karena gue
memang belum tau yang sebenarnya kayak apa. Dengan pergi kesana, gue pengen
banget tau gimana mereka socializing
satu sama lain, gimana mereka ngejalanin budayanya, dan yang paling penting, #1
Bucket List gue bisa accomplishly crossed.
02:43 am
From this small-cold
room surrounded by raindrops sound
England, I’m
infatuated.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar